Wednesday, September 13, 2017

# Cerbung # Cerita

SELAMAT TINGGAL KENANGAN BAG. 2



Nina tidak percaya akan apa yang dilihatnya, bagaimana tidak, bahkan di hari pemakaman Ardian Nina menyaksikan sendiri jenazah Ardian dikuburkan ke liang lahat.
.
Tapi pria yang ada didepannya itu mirip sekali dengan Ardian, hanya sikap dan gaya bicaranya saja yang sedikit berbeda.
.
"Apakah ini mimpi?" ia berkata dalam benaknya sambil menggenggam erat cangkir kopinya.
.
"Hi.. sudah lama menunggu ?" kata pria itu sambil mencium pipi teman kencannya.
.
Pria itu tersenyum, mata Nina mulai berkaca-kaca, senyuman itu mengingatkannya kepada senyuman Ardian kekasihnya
.
"Kok kamu lama sayang? aku udah nunggu kamu dari tadi" sahut wanita itu sedikit cemberut.
.
"Iya sorry, kamukan tau pesawatku baru landing tadi jam dua siang, sialan si Aris, udah tau aku mau pulang barang-barang dia ga diangkut juga dari Apartemen".
.
Lalu ia melambaikan tangannya kepada seorang pelayan bermaksut ingin memesan sesuatu, seorang pelayanpun menghampirinya.
.
"Ada yang mau dipesan mas?"
.
"Moccachino latte panas" sahutnya sambil melihat-lihat daftar menu.
.
"Baik mas, segera" sahut pelayan itu lagi lalu pergi menuju pantry.
.
"Oh iya, ini buat kamu" Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam jaketnya, sebuah kotak perhiasan kecil.
.
"Apa ini ?" sahut wanita itu.
.
"Sehari sebelum berangkat dari Singapura aku beli ini buat kamu"
.
dibukanya kotak hitam itu, sebuah kalung emas putih berhiaskan liontin permata kecil, terlihat sangat manis dan mewah.
.
"Wah aku suka sekali, Makasih Indra"
Wanita itu memeluknya senang.
.
Sementara Nina masih terdiam dan terpaku dengan apa yang dilihatnya.
.
"Indra?" Nina menyebutkan nama itu dengan sedikit bergetar.
.
"Ini tidak mungkin, lelucon apa ini?"
.
Mata Nina semakin memerah, tak disadari olehnya air matanya menetes, ia terus saja memandangi pria itu.
.
Sesaat setelah wanita itu melepaskan pelukannya, teleponnyapun berdering.
.
"Ya, Hallo?"
.
Seseorang dari sebuah managemen artis meneleponnya, membuat wanita itu tampak begitu bersemangat.
.
Dan tak lama kemudian kopi pesanan Indrapun datang.
.
"Silahkan, mas" kata pelayan kedai.
.
"Terima kasih" sahut Indra.
.
Lalu secara tidak disengaja mata Indra tertuju kepada seorang wanita berbaju merah jambu disudut ruangan, wanita itu terlihat sedang menangis menatapnya.
.
Lalu Indrapun menengok ke sisi belakang kanan dan kirinya, berpikir mungkin saja orang yang diperhatikan wanita itu bukanlah dirinya, ia merasa ragu.
.
Dan tiba-tiba seseorang menepuk bahunya.
.
"Hi bro" kata seorang pria gemuk berambut cepak sembari duduk disebelah Indra.
.
Ternyata orang itu adalah Aris teman karibnya.
.
"Gimana kabar lu Ndra?" lanjutnya sambil tersenyum menonjolkan kedua pipinya yang terlihat bulat.
.
"Ngagetin gue aja lu Ris" sahut Indra mengalihkan perhatiannya kepada Aris.
.
"Eh Karin ada disini juga, makin cantik aja kamu Rin" sahut Aris
.
Karin hanya tersenyum, lalu melanjutkan kembali perbincangannya di telepon.
.
"Duh senyumanmu Rin, bikin aku merasa ganteng hari ini"
.
"Ga usah basa-basi deh lu Ris, buruan lu angkut tuh alat-alat fitnes lu dari apartemen gue, menuh-menuhin tempat tau ga" sahut Indra kesal.
.
"Hehe nitip dulu sebentar dong Ndra, kalau tu barang aku bawa kerumah ntar nyokap gue bisa ngomel-ngomel, apalagi kalau sampai tau tu alat-alat fitnes harganya nguras tabungan gue"
.
"Gue heran sama elu Ris, ngapain juga beli barang begituan, kurus juga engga lu"
.
"Gitu amat sih lu Ndra, biar disitu dua minggu lagi, ya?"
.
"Sayang, kayaknya aku harus pergi deh, ada urusan penting nih" kata Karina memotong obrolan mereka.
.
"Oh oke, hati-hati Karin" sahut Indra sambil mencium pipi pacarnya itu.
.
"Iya, Bye Aris" Karina tersenyum kepada Aris.
.
"Bye Karin... " sahut Aris membalas senyum, kedua pipinya yang bulat dan matanya yang sedikit cekung membuat ia makin terlihat mirip seperti boneka panda.
.
Sampai sesaat setelah Karina pergi, Indra merasa pandangan wanita berbaju merah jambu masih tertuju kepadanya, Indra menjadi sedikit canggung.
.
"Ris, coba deh lu lihat tuh cewe"
.
"Yang mana Ndra?" pandangan Aris menyapu seluruh pengunjung kedai.
.
"Yang di ujung, berbaju merah jambu"
.
"Ooh yang itu" kata Aris lalu terdiam sejenak, "Kayaknya dia mandangin elu deh Ndra" lanjutnya.
.
"Tadi gue juga ngerasa begitu Ris, tapi gue ga yakin, gue kan ga kenal sama dia"
.
"Lu yakin?" Aris menatap Indra seakan tidak percaya, "cewek lu kan banyak Ndra" lanjut Aris.
.
Lalu Indra menatap Aris dengan kesal, menyesali bahwa temannya itu mengetahui catatan hitam dirinya dalam masalah perempuan.
.
"Lu pikir gue setua apa sampai ga inget wajah mereka" sahutnya kesal.
.
Aris merasa penasaran, lalu ia berdiri mencoba menghampiri Nina.
.
"Hi" Aris tersenyum
.
Nina hanya terdiam melihat Aris, dengan matanya yang masih terlihat basah.
.
"Emm.. Aku boleh duduk disini ga?" Tanya Aris sembari duduk tanpa menunggu jawaban Nina.
.
"Kenalin namaku Aris Gunawan" Ia menyodorkan tangannya kepada Nina, namun Nina hanya terdiam.
.
"Hehe, oke" sahut Aris canggung karena merasa ditolak lalu meletakkan tangannya.
.
"Emm.. kamu ga papa kan?" tanya Aris, lalu menyodorkan kepalanya lebih mendekat kepada Nina "jujur aja kamu salah satu ceweknya Indrakan?" tanyanya lagi sambil berbisik
.
Namun Nina tidak juga memberi jawaban.
.
"Hmm.. kamu yang sabar ya, cewek manis kayak kamu itu ga pantes disakitin" lanjutnya lagi sambil tersenyum, memasang tampang bak malaikat.
.
"Indra?" sahut Nina dengan nada pelan.
.
"Iya Indra, Indra Sanjaya temenku yang duduk di sana tuh" sambil menunjuk ke arah Indra yang hanya duduk memperhatikan apa yang dilakukan Aris, Arispun merasa bingung, "kamu ga kenal dia? terus kenapa kamu nangis?" lanjutnya lagi.
.
Nina menundukkan pandangannya, lalu melihat kembali kearah Indra dengan tatapan yang sama, dengan mata yang berkaca-kaca, merasa begitu sedih dan kecewa, laki-laki yang begitu mirip dengan Ardian itu ternyata bukanlah kekasihnya.
.
Sementara Indra merasakan ada sesuatu yang aneh, ada pertanyaan dalam benaknya, kenapa gadis itu menatapnya dengan tatapan yang penuh kesedihan semacam itu.
.
Lalu Indrapun berdiri, bermaksut menghampiri untuk menanyakan apa yang telah terjadi.
.
Namun belum juga sampai di meja Nina, Nina seketika berdiri lalu melangkah pergi.
.
"Hey.." Indra mencoba memanggil akan tetapi Nina tak menghiraukan.
.
Aris dan Indrapun hanya menatap Nina berlari pergi dari balik kaca kedai.
.
"Salah gue apa Ris?"
.
Arispun hanya mengangkat kedua pundaknya, mengisyaratkan bahwa ia juga bingung.
.
"Ndra lihat, barang tu cewe ada yang ketinggalan" sambil menunjuk sebuah buku bersampul abu-abu di atas meja.
.
Indrapun mengambilnya, seperti ada sesuatu yang terselip, dibukanya buku catatan itu, lalu seketika matanya tersentak.
.
"Apa ini?"

To be continue.

No comments:

Post a Comment