"Hah?!!..", Dimas kaget bukan kepalang, hampir saja ia menyeburkan minuman soda ke muka Caca.
"Apaan sih lu Ca?".
"Aku serius, setelah aku pikir-pikir tiga tahun ngejar-ngejar kak Dimas itu udah waktu yang cukup lama, aku
udah capek, mau kawin aja, bulan depan aku dilamar ya?!", kata Caca dengan nada memaksa.
Dimas menghela nafas jengkel,
"Udah ngomongnya? Sekarang minggir gua mau lewat !".
Muka Caca merengut, tetap di posisinya menghadang Dimas,
"yaudahlah, kalau gitu ntar aku yang ngelamar kak Dimas".
Caca begitu keras kepala, lalu Dimas menatap Caca dengan muka serius.
"Hmm.. Oke gini deh.. coba sebutin hal-hal yang bisa membuat gua yakin kalau lu memang orang yang tepat.
Caca meringis senang, akhirnya Dimas memberi respon, lalu ia berpikir sejenak mencari jawaban yang tepat,
"emm.. aku cantik, hehe".
Mendengar jawaban Caca, muka dimas menjadi datar,
"Hmm, Apa lagi?".
"Aah.. aku juga pernah jadi anggota cheerleader lho kak" kata Caca.
"Hmm, apa lagi?" Sahut Dimas masih dengan mukanya yang datar.
"Emmm..." Caca terlihat sedang berpikir keras.
"Lu bisa masak?", tanya Dimas dengan tiba-tiba.
"Bisa, bisa !" Jawab Caca spontan.
Dimas mengerutkan alisnya, merasa ragu dengan jawaban Caca, menatapnya dengan serius seakan menjelaskan bahwa pertanyaannya bukan main-main.
Caca nyengir " Bisa masaak.. emm.... Goreng telur aku bisa", sahut Caca.
"Dirumah yang beresin kamar lu siapa?".
"Emm.. Mbak".
" Yang bersihin sepatu-sepatu yang tiap hari lu pake itu siapa?".
Caca menjawab pelan dengan muka cemberut.
"Mbak".
"Yang setrikain dan beresin baju-baju lu di lemari siapa?".
Muka Caca bertambah cemberut, ia menjawab dengan nada malas.
"Mbak".
"Dah sekarang lu minggir", sahut Dimas sambil mendorong lengan Caca pelan.
Muka Caca menjadi begitu kesal, ia terlihat jengkel dan marah, lalu berkata dengan nada tinggi.
"Kak dimas ini mau cari istri apa cari pembantu?, kalau mau yang pinter masak, beres-beres rumah nikahin aja tuh mbak Minah !", Caca terlihat begitu kesal.
Dimas menghentikan langkahnya, ia menggela nafas panjang, mencoba untuk tetap bersabar terhadap Caca.
"Oke lupain pertanyaan-pertanyaan gua tadi, ini pertanyaan terakhir,
IQ lu berapa?".
Mendengar pertanyaan dari Dimas, muka Caca semakin menjadi-jadi, menyadari keahliannya dalam bidang pendidikan yang sangat standar mungkin bahkan minus. Caca diam saja dan terlihat kesal.
"Oke lagi pula gua udah tau", sahut Dimas lalu melangkah pergi.
"Aku ga perduli !!, waktu buat ngejar-ngejar kak Dimas aku tambahin masa tenggangnya, pokoknya sampai kak Dimas mau !", kata Caca dengan nada tinggi lalu pergi.
"Ya Tuhaaaaan", sahut Dimas kesal, menghela nafas panjang.
End.
No comments:
Post a Comment